Seperti hikayat punya
kita, pertemuan yang singkat tapi sebenarnya tak benar-benar singkat. Semua
tentang darimana rasa itu mulai berasal, sepotong-sepotong sampai membentuk
seperti tubuhku yang mulai utuh dari sebuah kerapuhan. Aku tidak tahu darimana
potongan rasa itu berasal. Mereka datang dan mengalir begitu saja sampai aku
mulai terlena dan kemudian menikmatinya.
Aku sendiri menjadi terpaku
diam mendengar kata yang berujung pada perpisahan. Ketika lena dan nikmat itu
akan segera hilang dan hanya meninggalkan sepotong kenangan dan rasa yang
tertinggal.. ah, terkadang dunia ini begitu kejam, menjadikan rasa itu seperti
budak tak bergerak. Dan orang-orang tidak akan mengerti apa yang sebenarnya aku
katakan, dimana wanita jahat dan dimana laki-laki baik? Aku tidak bilang bahwa aku
harus menghilang atau dirinya pun harus pergi, tidak. Yang ingin aku sampaikan
adalah bisakah kita menjaga rasa ini tetap utuh, jika dikemudian hari kita
saling bertemu. Dan sepanjang hidup atau sebagian dari hidup, kita telah belajar
dan berkaca dari masa lalu. Dan dari ini pula aku sadar bahwa dia tidak pernah
melupakan dia, dia yang pernah ada untuk dirinya. Darimana aku harus memulai
akan hal ini? Tersadar bahwa aku bukanlah satu-satunya orang yang merasakan
kebingungan dan ketakutan. Dan jika timbal balik itu semuanya indah, apa
jadinya diriku sekarang?
Ini adalah hidup
tempat dimana kita tetap terus berproses.
Dan sekarang
peristiwa-peristiwa telah berlalu di belakangku, aku tidak benar-benar mengerti
atau memahami ini, hanya saja aku tahu kini dimana rasa yang tertinggal itu
berada, berada jauh dari jiwaku sendiri. Yang tak pernah bisa benar-benar kugapai
dan kumiliki. Hidup sangatlah singkat, dan kita tak pernah benar-benar yakin
akan adanya keabadian bagi jiwa kita yang rapuh. Bukan aku sendiri yang seperti
ini, aku yakin dirinya merasakan hal demikian. Bahwa cinta memang memikat, dan
aku mencintainya dengan sepenuh hati dan jiwa. Bukan hanya sebentar seperti
pertemuan kita, tidak. Aku tidak berpikir demikian karena aku adalah aku yang
dia sendiri tahu isi hatiku. Aku tidak menyembunyikan betapa aku menyukainya.
Tidak pernah.
Bisakah aku berbicara
lantang tentang kisah kita kepada semua orang? Orang-orang yang sempat tak percaya akan adanya kita. Dan pada
akhirnya memang kita tidak sekadar bicara tentang cinta, tapi tentang mimpi dan
kenyataan yang ada di depan kita dengan segala bentuk persoalannya. Lalu apakah
sekarang kita hanya membuat kata untuk sepi di luar sana??
Dan ketika egoku
benar-benar tak ingin dikalahkan, aku harus bagaimana. Karena saat benih
perasaan dan keinginan datang, seolah ia kalah oleh kenyataan yang ada. Seperti
waktu yang terlalu muak denganku, aku terus seperti ini. Ketika aku berpikir
bahwa aku menjadi aneh, dan aku mulai tersiksa dengan batinku sendiri. Ya, ini
bukan pertama kalinya aku seperti ini tapi entah kenapa ketika aku ingin
berlari dari ketakutan dan bersembunyi aku malah terus mengejarnya. Aku
mengatakan ini tidak apa-apa. Tapi sebenarnya tidak. Dimana rasa yang
tertinggal itu, dan dimana posisi kita? Aku banyak bertanya ketika aku membaca,
“dimanakah posisi cinta dikala hati
menginginkannya, apakah cinta hanya sebuah pelampiasan dari hasrat diri dan
dimanakah rasa dikala
posisi cinta bergeser?” aku tak
pernah benar-benar mendapatkan jawabannya.
Kerana ketika aku
ingin benar-benar pergi darinya, ternyata bayangnya tidak pernah lepas dari
pikiranku. Senaif ketika aku ingin merelakannya tapi sebenarnya aku tak bisa
melepasnya, aku ingin bersamanya.
Bisakah yakinkan aku bahwasanya aku tidak mencintai sesuatu yang
semu...??
Semuanya berlalu di
depan kita, menjadi kenangan yang indah. Dan Manusia hidup memiliki keinginan,
memiliki mimpi. Itulah yang menandakan manusia itu hidup. Aku benar, dia pun benar.
Aku tidak pernah
sedikitpun menyesali kebersamaan kita, dan bolehkah aku berharap sedikit saja
untuk tetap bisa bersama di hari kelak? Aku tidak ingin rasa-rasa yang
tertinggal dalam hati kita menjadi seperti uap yang terus membumbung tinggi
tapi pada akhirnya lenyap dan menghilang. Tidak seperti itu...jamin rasaku.